Nanohana's Cafe

Latar: Nanohana Harbour
Nanohana's Cafe Harbour_approach_new_x600

Cuaca: Hujan Salju
Suasana: Sangat dingin dipagi hari, suhu -5 derajat celcius

Nanohana Harbour, tempat inilah yang menjadi tempat pertama yang dikunjungi Andri setelah bepergian keluar desa untuk melaksanakan misi yang sama sekali belum ada yang selesai.
Dari The Valley of the End menuju Konoha dengan berjalan kaki. Tak sampai satu jam, ia melanjutkan perjalanannya lagi. Kali ini menggunakan perahu motor yang layak pakai yang memiliki kecepatan tinggi karena memanfaatkan tenaga angin serta mesin.
Berangkat pukul 18.32 waktu Konoha, dan tiba di kawasan Nanohana Harbour pukul 08.09 waktu Kiri.
'Fyuuh...Akhirnya sampai juga,'gumam Andri dalam hati sekaligus memasang wajah ceria karena terlepas dari misi yang merepotkan.
Andri memarkirkan perahu motornya didekat perahu lain. Dari perahu motor, ia melompat tinggi agar bisa ke daratan Harbour.
Belum lagi semenit ia disini, seorang Anbu datang menghampirinya dgn menggunakan Kawarimi no jutsu.
"eh?" Sontak, kedatangan Anbu secara tiba-tiba di depan matanya itu membuat Andri terkejut.
"maaf tuan muda, ada seorang warga desa yang membutuhkan tenaga anda untuk melatihnya." Gumam Anbu tersebut.
'Haduuhh...'kesal Andri dalam hati.
"Dimana ia berada sekarang?" Tanya Andri dgn nada malas karena ia tak tidur semalaman.
Matanya pun sudah seperti panda.
"tuan tunggu saja disini, anak itu pasti akan datang. Sampai jumpa tuan."
BOFF....
Anbu yang memanggil Andri dgn sebutan 'Tuan' itu menghilang.
'Hadehh....kupikir aku harus tidur dulu'
Tanpa pikir panjang, Andri menuju Nanohana's Cafe yang letaknya hanya 26 meter dari pijakan Andri saat ini.
Sesampainya di Cafe.
Seisi cafe yang tadinya menikmati aktivitas mereka, kini matanya tertuju pada satu objek, yaitu Andri.
Karena sangat-sangat mengantuk, Andri bahkan tak menghiraukan seisi Cafe.
Ia mengambil posisi di ujung cafe, tepatnya di sofa merah yang empuk.
Tanpa ba-bi-bu lagi, Andri menidurkan tubuhnya yang sudah sangat lemah itu di sofa merah yang empuk.
Seisi cafe heran melihat tingkah Andri yang konyol itu. Namun, tak ada seorangpun yang berani protes bahkan membanguni Andri dari tidurnya. Tak ada.

Kudo sudah sampai di Nanohana Harbour.
Tiba-tiba BOOF! Muncul seseorang yang muncul dengan jurus Kawarimi no jutsu.
Kudo pun melompat ke belakang sambil mengambil kunai.
"Tenang, aku hanya memberikan ini" kata Anbu itu sambil menyodorkan sepucuk surat, Kudo pun mengambilnya.
BOOF Anbu itu menghilang seketika.
Kudo membuka surat lalu membacanya.
'Hm,,,, menarik' Kudo pun berbalik berjalan menuju Nanohana Cafe.
Sesampainya Kudo di depan cafe, dia membuka pintu cafe.
"Selamat Pagi." Kudo mengucapkan salam sambil melewati pintu yg dibukanya.
Orang-orang disana melihat Kudo dengan tatapan dingin, Kudo sudah biasa dengan tatapan seperti itu, karna mungkin mereka juga kedinginan.
Kudo pun melihat seorang pemuda aneh yang sedang tidur.
'orang aneh, mungkin dia yang surat ini maksud' gumam Kudo.
Dia pun berjalan menghampiri orang itu.
Sesampainya di sofa merah.
Kudo 'menggoyangkan' anak lelaki yang tidur nyenyak di sofa dgn goyangan yang kuat.

Merasa ada getaran asing yang melanda tubuhnya, mata kiri Andri terbuka dan menatap orang yang telah membangunkannya.
"Siapa kau?" Tanya Andri sedikit kesal.
Detik berikutnya, ia melihat jam dinding menunjukkan jarum pendek ke angka satu dan jarum panjang ke angka tiga tanda makan siang telah tiba.
Detik berikutnya, dengan sekali gerakan simple, Andri langsung duduk setelah tidur terlentang di sofa.
Andri membunyikan jari-jarinya dgn kuat tanda memanggil pelayan.
"Duduklah sebentar," Andri mempersilahkan orang yang membangunkannya untuk duduk di sofa merah.
Sesaat kemudian, pelayan datang membawa dua menu makanan.
Satu diberikan padanya, dan satu lagi kepada orang aneh yang membangunkannya.
Beberapa saat kemudian, Andri sudah melaporkan pesanannya kepada pelayan.
Sekarang tinggal orang yang disampingnya memesan.
Kita tunggu saja pesanannya.

Quote :: "Duduklah sebentar," Andri mempersilahkan orang yang membangunkannya untuk duduk di sofa merah

"Terima kasih." Kudo pun duduk disamping orang aneh itu.

Quote :: Beberapa saat kemudian, Andri sudah melaporkan pesanannya kepada pelayan.
Sekarang tinggal orang yang disampingnya memesan.
Kita tunggu saja pesanannya.

"Pelayan pesan Coklat panas, lalu Mie Ayam pok pok." kata Kudo.
Pelayan pun berlalu ke dapur.
Kudo pun mengalihkan perhatiannya ke Andri.
"Kau Uchiha Andri?." kata Oka sambil memperlihatkan surat yang didapatnya.

"Bicaralah yang sopan pada gurumu," Andri mulai menunjukkan wajah serius.
"Mulai sekarang, panggil aku sensei." Lanjut Andri.
Beberapa menit kemudian, pesanan kami datang.
Tanpa a-i-u-e-o lagi, Andri menyantap jumbo ramen yang begitu menggoda itu.
Singkat kata, Andri telah selesai makan siang.
Sambil menunggu murid barunya selesai makan, Andri terdiam sejenak tanda sedang melamunkan sesuatu yang sangat-sangat tidak penting untuk di dengar.
Detik berikutnya, Andri merasa spiritnya kembali lagi setelah makan siang.
"Jumpai aku diluar," Ujar Andri pada murid barunya.
Andri segera keluar dari Cafe dan melakukan pemanasan ringan agar tidak membeku dan sambil menunggu muridnya selesai makan.

Ia tidak AKAN pernah kembali lagi ke Iwagakure—itulah yang ia camkan didalam dirinya. Ia sudah terlalu trauma dengan apa yang terjadi pada saat masa kecilnya dulu. Lebih baik kalau ia memutuskan untuk berkelana dan menjadi lebih kuat untuk menemukan siapa yang membunuh dan bereksperimen dengan tubuhnya.

Makanya—ia yang seharusnya berada di Iwagakure saat ini malah berada di Kirigakure dan jujur, ia tidak memiliki arah yang pasti akan kemana setelah ini. Menggunakan perban yang menutupi mata kanannya—ia berjalan dengan santai menggunakan pakaian polos berwarna hitam dan rompi berwarna putihnya.

Bersenandung riang, sesekali tampak membantu beberapa orang yang memberikannya beberapa barang ataupun uang.

Yah, sebagai seorang ninja pengelana tentu saja ia akan menerima apapun yang bisa dijadikan uang bukan?

"Ah, lelahnya—" merenggangkan tangannya dan duduk sembarangan di sebelah seorang shinobi yang sepertinya sedang melakukan pemanasan. Oh, ia ingin sekali bisa menjadi shinobi seperti orang itu—menjadi shinobi dan memiliki pangkat adalah salah satu tanda bahwa seseorang menjadi semakin kuat.

"Selamat siang—" sapanya dengan senyuman hangat—embun yang keluar dari mulutnya menandakan kalau cuaca saat itu sangat dingin. Tetapi toh, pemuda itu tidak tampak kedinginan dengan pakaian seadanya itu.

Quote :: "Bicaralah yang sopan pada gurumu," Andri mulai menunjukkan wajah serius.
"Mulai sekarang, panggil aku sensei." Lanjut Andri.

"Hah?? Sensei mau jadi guruku!!! Yeeeeee,, akhirnya q punya guru.

Quote :: Beberapa menit kemudian, pesanan kami datang.

"Hm,,, pesanan udah datang, mari makan." Kudo lalu memakan Mienya tanpa menghiraukan orang2 disekitarnya.

Quote :: "Jumpai aku diluar," Ujar Andri pada murid barunya.

Kudo menoleh ke Senseinya sambil berkata "Sensei ngutang!!."

Beberapa saat kemudian.

Kudo keluar dari cafe, "Sensei, kita mau ngapain?." katanya sembari menampung salju-salju yang turun di tangannya.

Quote :: "Selamat siang—" sapanya dengan senyuman hangat

"eh?" Saat melakukan pemanasan, tiba-tiba ada yang menyapa-nya.
Andri menghentikan aktivitasnya sejenak.
"siang, apakah kita pernah berjumpa sebelumnya?" Tanya Andri dengan nada ramah.

Quote :: Kudo menoleh ke Senseinya sambil berkata "Sensei ngutang!!."

"palalu gundul !"karena kesal, Andri mengucapkan kata itu sembari pergi keluar untuk pemanasan.

Quote :: Beberapa saat kemudian.
Kudo keluar dari cafe, "Sensei, kita mau ngapain?." katanya sembari menampung salju-salju yang turun di tangannya.

"kita akan pemanasan sejenak, lalu sensei akan meminta izin kepada Mizukage untuk keluar desa." Balas Andri santai sambil memperhatikan bocah yang menyapa-nya dengan senyuman hangat.

Sepertinya shinobi itu tampak bingung karena sapaan dari pemuda yang tampak asing baginya —tentu saja, ia juga baru bertemu dengan pemuda ini kok. Tetapi memang sudah sifatnya yang menyapa beberapa orang walaupun ia tidak mengenal mereka.

"Tidak, apakah aku tidak boleh menyapa anda?" senyumannya sedikit memudar dan ia menoleh pada seorang pemuda lagi yang tampak keluar dari Cafe dan memanggil pemuda itu dengan -sensei. Oh, mungkin ia adalah guru anak ini.

"Kau masih menerima murid?"

Pertanyaan itu setengah bercanda —setengah serius loh...

Quote :: "Tidak, apakah aku tidak boleh menyapa anda?

"Hhe...boleh kok," Senyumannya malah melebar saat senyuman bocah didepan matanya memudar.

Quote :: "Kau masih menerima murid?"

Bagai disambar petir.
Sepertinya ia takkan mengucapkan kata iya karena beban Andri cukup banyak diusianya yang menginjak angka 15 tahun.
Tapi siapa tau?
Mungkin saja Andri akan mengucapkan kata iya.
"Hm...Menurutku, kau pantas..." Gumam Andri.
"Panggil aku sensei," Ia memberikan senyuman hangat pada bocah yang berada didepannya.
"Pertama, mari masuk dulu ke Cafe untuk berbincang-bincang." Andri membukakan pintu Cafe dan mempersilahkan kedua murid barunya yang bahkan sampai detik ini ia tidak tau siapa namanya.
Mungkin dia akan melakukan pemaksaan.
Mungkin juga tidak.

"Agak aneh memanggil seseorang yang sepertinya seusia dengan kita dengan -sensei, tetapi baiklah—" cengiran tidak jelas yang tidak pernah hilang dari wajah pemuda itu tampaknya memang tidak pernah bisa diubah.

Namun sebaiknya jangan artikan senyuman itu dengan artinya yang selalu baik, silahkan saja kalau memang kau percaya 100 % pada anak itu, tetapi dipastikan mereka akan berakhir dengan penyesalan.

Quote :: "Pertama, mari masuk dulu ke Cafe untuk berbincang-bincang."

"Sepertinya itu lebih baik—tanganku sudah membeku karena udara disini..." berdiri dan menepuk kakinya untuk menyingkirkan debu imajiner, berjalan ke dalam cafe setelah sang 'sensei' membukakan pintu.

Kudo yang dari pemanasan pun bingung melihat senseinya dan orang asing yang baru dilihatnya ke Cafe.

"Sensei! ya, gak jadi ke kantor hokage nih??." katanya merengek seperti anak kecil sambil berlari ke arah dalam cafe.

Quote :: "Sensei! ya, gak jadi ke kantor hokage nih??."

Langkah kakinya menuju kedalam Cafe terhenti karena kalimat aneh yang keluar dari mulut bocah aneh >_>
"Ka-kantor hokage katamu?" Tanya Andri terbata-bata.
Andri tak menunggu jawaban darinya, ia kembali menuju pojok Cafe dan segera duduk di sofa merah.
"silahkan duduk," Andri mempersilahkan kedua murid yang bisa dibilang teman itu untuk duduk.
Tak berapa lama, pelayan datang untuk meminta bayaran.
Andri merogoh kantung senjatanya, yang ada malah gulungan kecil.
Tak ada kantung lain selain kantung senjata, detik berikutnya, wajah Andri langsung sweatdrop.
"eh? dompetku tertinggal dirumah," Gumam Andri sedikit berbohong, padahal ia tak pernah membawa uang seumur hidupnya.
Ia melirik kedua muridnya bergantian, lalu pandangannya menuju ke wajah pelayan cantik yang senyum entah kenapa. Mungkin karena Andri lama memberikan uangnya.
"kalian bisa minta bayar kepada pamanku," Gumam Andri dgn sedikit senyuman manis kepada pelayan itu.
"tak bisa tuan," balas pelayan itu
"tapi, tapi aku tak membawa uang. Kalian bisa meminta 2x lipat," Ujar Andri.
Ia berkata begitu karena Ayah dan ibunya yang telah meninggal dulunya adalah orang paling kaya di Kiri. Sekarangpun tak berubah, kekayaan kedua orangtua andri mengalir deras kepada anak tunggalnya.
"baiklah," Ujar pelayan itu ramah sembari pergi
Satu kata itu akhirnya bisa menenangkat hati Andri.
Mulailah ia beraksi dgn kedua muridnya.
"Pertama, jelaskan asal usul kalian secara singkat tapi padat." Ucap Andri dengan maksud mempertimbangkan apakah mereka pantas menjadi muridnya. Dia sih berharap tidak, karena itu akan merepotkan. Lebih baik ia menghabiskan waktunya dikamar.

Quote :: "Ka-kantor hokage katamu?" Andri tak menunggu jawaban darinya, ia kembali menuju pojok Cafe dan segera duduk di sofa merah.

"Hei-Hei............... Yah Aku dicuekin," kata Kudo sembari berjalan menuju tempat senseinya duduk, dia mencari tempat kosong untuk dia tempati, dan akhirnya dia duduk berhadapan dengan sensei.

Quote :: "Pertama, jelaskan asal usul kalian secara singkat tapi padat."

"Pertama aku, namaku Uchiha Shinichi Kudo, nama yang aneh kan? aku dibesarkan di Kiri, Ayah dan Ibuku meninggal karna dibunuh Ninja, itu memotivasiku untuk menjadi ninja yang kuat, supaya bisa melindungi orang-orang yang kusayangi, dan tujuanku ingin mengetahui orang tersebut." sekilas Kudo mengingat Flashback saat orang tuanya terbunuh, dia melihat Ninja itu menggunakan ikat kepala Konoha.

"yap Kudo, kau sudah sah menjadi muridku. Tetap panggil aku sensei," gumam Andri.
"Tapi sepertinya kau salah Kudo, asal usulmu itu adalah pada malam hari, ayahmu bekerja sama dan sama-sama bekerja dengan ibumu untuk membuatmu," Gumam Andri nakal sambil tertawa kecil.
Andri mengupil sembari menunggu jawaban dari murid yang satunya lagi, dia sangat berharap asal usul murid yang satu lagi itu lebih koplak dari asal usul Kudo.

Quote :: "yap Kudo, kau sudah sah menjadi muridku. Tetap panggil aku sensei,"

"Trim's Sensei." kata Kudo sambil melihat muka tampan Andri

Quote :: "Tapi sepertinya kau salah Kudo, asal usulmu itu adalah pada malam hari, ayahmu bekerja sama dan sama-sama bekerja dengan ibumu untuk membuatmu," Gumam Andri nakal sambil tertawa kecil.

"Bener juga sih,,,,," kata Kudo mengangguk-angguk, bingung apakah dia ngerti atau gak.

Mendengarkan dengan baik perkenalan dan juga apapun yang dikatakan oleh sang sensei dan juga pemuda bernama Kudo itu, dan setelah itu hening. Menatap senseinya yang kembali menatapnya—sepertinya memang ia memintanya untuk berkenalan juga.

Haruskah?

"Namaku adalah Yuuya Aizawa—aku berasal dari Iwagakure dan tinggal berbahagia dengan kedua orang tuaku, tetapi mereka menginginkanku menjadi seorang Shinobi dan pada akhirnya melepaskan kepergianku dengan deraian air mata bahagia," senyuman yang tampak sama dengan yang selalu ia kembangkan itu terlihat.

Tentu saja, ia bohong soal semua itu selain namanya—ia tidak ingin membicarakan masalah masa lalunya terutama yang berkaitan dengan perban yang menutupi mata kanannya itu.

"Sebelum sensei membenarkan, asal usulku terbentuk saat ayah dan ibuku berbulan madu dan pada saat malam pertama mereka—dan itu berarti aku adalah anak pertama mereka yang terbentuk saat usia pernikahan mereka baru beranjak 1 hari~"

Yang ini sedikit banyak serius—karena usia orang tuanya saat mereka tewas itu mungkin tidak lebih dari kepala dua awal.

"Yuuya...Aizawa, nama yang unik." gumam Andri sambil mengangguk-anggukkan kepalanya.
Ia sama sekali tak penasaran dengan perban di mata kanannya, tapi semakin lama ia penasaran juga. Tapi, itu tak penting.
"kupanggil kau Yuuya," Andri menatap pintu Cafe dan segera berdiri.
"mari kita berpetualangan," gumam Andri yang wajahnya dihiasi senyuman nakal.
"ikuti aku, kita akan ke suatu tempat, tempat para shinobi dari seluruh penjuru dunia berkumpul." setelah mengeluarkan kata-kata itu, kedua kaki Andri bergerak tak kalah cepatnya dengan irama nafas Andri.
Dibukanya pintu Cafe, lalu ia keluar dari Cafe dan segera berjalan menuju perahu motor yang cukup besar untung 3 orang.
Sambil menunggu duo muridnya, Andri menghidupkan mesin perahu terlebih dahulu sambil berharap cuaca tak lebih dingin lagi dari -5 derajat celcius. Ya, semoga saja itu terjadi.

"Itu lebih baik sensei—aku tidak suka nama keluargaku yang dipanggil," jawabnya setengah berbisik, dan ia menatap pemuda itu yang berdiri dan berjalan keluar dari tempat itu tanpa membayar. Benar-benar deh—ia tidak tahu bagaimana bisa pemuda itu melakukan perjalanan dengan cara seperti ini.

Saat ia melihat pemuda itu keluar dari cafe, ia segera mengeluarkan dompetnya, dan mengeluarkan beberapa lembar uang dan menyerahkannya pada pelayan yang ada disana—pelayan itu tampak menggeleng pelan, tetapi ia bergumam 'tidak apa-apa,' sambil menggelengkan kepalanya juga.

Berjalan keluar—ia harus mendapatkan kepercayaan orang-orang dimanapun agar bisa mendapatkan informasi tentang pembunuh yang membunuh kedua orang tuanya itu. Jadi—ia tidak bisa membiarkan orang lain dendam padanya sebelum ia mendapatkan info tentang apapun dari orang itu.

"Perahu motor? Kita akan kemana?"

"sudah kubilang, kita akan ke suatu tempat dimana para shinobi dari penjuru dunia berkumpul," gumam Andri sedikit kesal karena perkataannya pada saat berada di dalam Cafe tak terdengar oleh Yuuya, atau mungkin ia sedang melamun dan bisa juga ia tak menyimak perkataan Andri, dasar anak muda.
"sudahlah, naik dulu. Ini cukup besar untung 3 orang"
Sebenarnya perahu motor itu kapasitasnya 20 orang, tapi karena banyak balok yang terbuat dari kayu menyebabkan perahu menjadi agak sempit.
Tak ada yang tau apa isi balok kayu tersebut, kecuali Andri sendiri dan dia takkan memberitahu kedua pemuda yang merupakan muridnya semudah membalikkan telapak tangan. Mereka harus membalikkan 180 derajat telapak kaki mereka agar dapat mengetahui apa isi balok tersebut, mungkin itu pepatah baru yang cocok dengan situasi ini.

"Maksudku yang lebih spesifik lagi—nama tempatnya mungkin," menghela nafas saat sepertinya pemuda itu kesal karena mengira ia tidak mendengarkan apapun yang dikatakan oleh pemuda itu.

Bergerak dan menaiki perahu motor itu—hanya diam dan menatap kearah laut sambil membiarkan angin laut yang meniup rambutnya. Cukup dingin kala itu—bahkan sangat dingin hingga nafaspun menjadi uap putih karena suhu yang mencapai dibawah 0 derajat.

Kudo termenung mendengar asal-usul Yuuya, Aku ingin punya orang tua batinnya.
Setelah Andri keluar dari Cafe, dia menyusul dengan langkah yang tergesa-gesa.
Diluar Cafe

Kudo melihat Andri dan Yuuya duduk di perahu motor milik Andri.
Dia menyusul dan duduk, perahu motor yang besar, tapi hanya muat 3 orang, karna banyak kotak kayu.
Oka bergumam Apa Ini? aku akan mencari tau

Quote :: "Maksudku yang lebih spesifik lagi—nama tempatnya mungkin,"

"Eum...Shinobi's Capitol," jawab Andri singkat nan padat. Semoga saja jawaban singkat itu dapat memuaskan hatinya, karena Andri tak bisa mengeluarkan perkataan lagi karena cuaca tak mendukung.
Kemudian, akhirnya Kudo datang dan segera duduk.
Detik berikutnya, Andri memperhatikan kedua muridnya yang kedinginan.
Segeralah Andri membuka balok kayu yang berada dibelakangnya, lalu Andri mengeluarkan semua isinya yang ternyata adalah jacket tebal.
"Pakailah," gumam Andri yang langsung memakai dua lapis jacket.
Masing-masing dua muridnya mendapatkan dua jacket juga.
Tanpa menunggu keduanya memakai jacket, Andri segera memutar balik perahunya yang sedari tadi mesin perahu telah hidup.
Ternyata tanpa disadari, cuaca di Nanohana Harbour telah naik menjadi sekitar 6 derajat celcius dikarenakan hari semakin siang.
Sementara itu, tebalnya kabut membuat pandangan Andri kabur.
"perhatikan ini," gumam Andri sembari berdiri tegak sambil merapal ninjutsu.
"Katon! Goukakyou No Jutsu!!"
Semburan api membentuk sebuah bola api yang tak terlalu besar. Bola api itu langsung 'memakan' kabut yang menghalangi pandangan Andri. Hal ini terjadi karena kabut terdiri atas air laut yang menguap, kira-kira begitulah.
Setelah tak ada lagi kabut menghalangi, Andri kembali duduk dan mengendalikan perahu motornya, dinaikkannya kecepatan perahu agar cepat sampai sambil berdo'a agar mesinnya tak kehabisan bensin. Meskipun stok bensin ada banyak di salah satu balok kayu, tapi Andri takkan menggunakannya. Takkan, kecuali darurat. Semoga saja cepat sampai tujuan. Semoga, ya semoga bensin-nya tak habis.
[OUT]

OOT :
@Yuuya-san :
Setelah out, buat thread di shinobi's capitol yaa ^^
dan sambil berharap kita diberi misi >_>

Quote :: "Eum...Shinobi's Capitol," jawab Andri singkat nan padat

Kudo hanya terdiam kedinginan.

Quote :: Segeralah Andri membuka balok kayu yang berada dibelakangnya, lalu Andri mengeluarkan semua isinya yang ternyata adalah jacket tebal.
"Pakailah," gumam Andri yang langsung memakai dua lapis jacket.

Oh balok kayu itu isinya jaket batinnya sambil mengambil jaket yang diberikan dan mengenakannya, karna memang dingin "Terima kasih sensei." kata Kudo.

Quote :: "perhatikan ini," gumam Andri sembari berdiri tegak sambil merapal ninjutsu.
"Katon! Goukakyou No Jutsu!!"
Semburan api membentuk sebuah bola api yang tak terlalu besar. Bola api itu langsung 'memakan' kabut yang menghalangi pandangan Andri. Hal ini terjadi karena kabut terdiri atas air laut yang menguap, kira-kira begitulah.

Wow batinnya, dia kagum dengan teknik bola api itu, dia merasa teknik itu, keren.

[OUT]

OOT : Eh, diriku? Oke maaf baru liat u.u

Melihat jaket yang ada di dalam kotak itu, mengambil salah satu jaket dan memakainya dengan segera tanpa berbicara apapun. Matanya tampak menatap kearah gurunya saat ia meminta untuk memperhatikannya menggunakan sebuah jutsu untuk mengeluarkan api.

"Mungkin suatu saat aku akan bisa menggunakan itu, benar bukan sensei?" tersenyum dan membiarkan sang pemuda menjalankan perahu itu entah menuju kemana.

[OUT]